Selagi manusia masih memiliki keinginan dan kemelekatan kepada sesuatu dalam hidupnya. Selama itu pula ketidakpuasan, kekecewaan, dan sakit hati, akan mengiring manusia menuju kepada penderitaan.
#
Itulah sebabnya. Mengapa dulu para bijak rela meninggalkan keduniawian untuk mengembara. Luasnya semesta adalah sebagai rumah. Bumi adalah lantainya dan langit dijadikan atapnya.
Itulah sebabnya. Mengapa dulu para bijak rela meninggalkan keduniawian untuk mengembara. Luasnya semesta adalah sebagai rumah. Bumi adalah lantainya dan langit dijadikan atapnya.
Mereka bebas lepas ke manapun melangkah. Hanya dengan bekal seadanya dan pakaian yang melekat. Tidak memikirkan hari esok. Itu adalah cara untuk melepaskan keinginan dan kemelekatan.
Tentu saja hidup pada kekinian tidak mutlak bisa seperti itu. Inti pengajarannya adalah melepaskan keinginan dan tidak melekat kepada sesuatu hal.
Itulah dikatakan semua yang kita miliki hanya titipan. Bahwa segala yang berbentuk fana adanya. Bahkan tubuh kita adalah palsu adanya.
Kekayaan, kemasyuran, kedudukan, dan apa yang kita miliki semuanya adalah semu. Bukan sesuatu yang abadi.
Bila hidup kita selalu melekat pada semua itu secara berlebihan, maka selalu ada keinginan untuk mendapatkannya.
Tetapi kenyataannya, tidak semua yang kita inginkan akan tercapai.
Tetapi kenyataannya, tidak semua yang kita inginkan akan tercapai.
Pada akhirnya akan timbul ketidakpuasan, kekecewaan, dan sakit hati. Ujung-ujungnya mendatangkan penderitaan demi penderitaan.
Dunia adalah lautan manusia yang masih memiliki segala keinginan. Untuk tidak tenggelam dalam penderitaan yang berkepanjangan. Membebaskan diri dari keinginan dan kemelekatan adalah pilihan terbaik.
Namun masalah besarnya, kehidupan keduniawian mengajarkan kita untuk hidup dalam keinginan dan kemelekatan. Bukan hanya sekadar hidup di dalam keinginan dan kemelekatan. Tapi diiming-iming untuk mengejarnya.
Tak heran manusia jadi berlomba-lomba menjejar kekayaan, kemasyuran, dan kedudukan. Dengan nafsu keinginan, sehingga cara apapun dilakukan.
Setelah tercapai semua keinginan itu. Apakah manusia menjadi puas dan bahagia? Bisa jadi. Tapi hanya sementara. Karena masih selalu ada ketidakpuasan, kekecewaan, dan sakit hati.
Apapun keinginan manusia. Bila tercapai dan melekat padanya. Tetap saja tidak akan membebaskan dirinya dari penderitaan. Bisa membebaskan diri dari keinginan dan kemelekatan, pastinya itulah jalan menuju kebahagiaan.
Kapan bisa mencapainya? Duuuh, mesti berpikir keras dan merenung dalam-dalam nih.
sumber : http://filsafat.kompasiana.com/2011/11/15/ketidakpuasan-kekecewaan-sakit-hati-dan-penderitaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar