Sabtu, 22 Maret 2014

Tugas Minggu Ke-2

-Paragraf-

Paragraf adalah susunan dari beberapa kalimat yang terjalin utuh, mengandung sebuah makna,
dan didalamnya terdapat gagasan utama.
Paragaraf deduktif dan Induktif adalah salah satu contoh paragraph yang dilihat dari letak gagasan utamanya.

Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragaraf dan dilengkapi
dengan kalimat penjelas sebagai pelengkapnya.
Paragraf ini diawali dengan pernyataan umum dan disusul dengan penjelasan umum.
Rangkaian kalimat Paragraf Deduktif mendukung suatu kalimat utama yang berada dibagian awal.
Jadi, paragraf deduktif memiliki gagsan pokok (kalimat utama) diawal kalimat dan dijelaskan oleh kalimat-kalimat berikutnya.

Contohnya :
pengaruh dari perkembangan tekhnologi.Dimasa yang semkain maju saat ini,banyaknya penyalahgunaan
tekhnologi yang semakin canggih,dari yang tua,dewasa bahkan anak-anak.Hal itu bisa kita
lihat dari banyaknya video porno yang beredar di dunia maya.



-Silogisme-


      Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan/dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar.
Silogisme terdiri dari ; Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.
Silogisme Katagorik
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh :
Semua Manusia membutuhkan air (premis mayor)
……………….M……………..P
Pohon Jati adalah Tanaman (premis minor)
….S……………………..M
Bunga Kamboja membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik
Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus parti¬kular juga, seperti:
Semua orang kalau belajar pasti Pintar
Sebagian orang tidak Pintar,
Jadi Sebagian orang belajar  ,tidak Pintar
(Kesimpulan tidak boleh: Semua Orang Tidak Pintar).

Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua Pembohong tidak disenangi.
Sebagian orang adalah pembohong, jadi
Sebagian orang tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pembohong disenangi)


Silogisme Hipotetik
      Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika macet, saya naik kereta.
Sekarang macet.
Jadi saya naik kereta.
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Silogisme Disyungtif
Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti
sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif
dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif,
seperti:
  1. la pergi atau tidak pergi.
  2. Ternyata ia pergi, jadi
  3. la bukan tidak pergi.
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.
2) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid.
Hukum-hukum Silogisme Disyungtif
1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti :
Adit  pakai Kemeja atau Kaos.
Ternyata pakai kemeja.
Jadi ia bukan tidak pakai kaos.
Hasan pakai kemeja atau tidak kaos.
Ternyata ia tidak pakai kaos
Jadi ia pakai kemeja non-kaos.
2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
  •  a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
  • Adit Pembalap  atau pelaut.
  • la adalah pembalap.
  • Jadi bukan pelaut
  • Adit menjadi Pembalap atau pelaut.
  • la adalah pelaut.
  • Jadi bukan Pembalap
  • b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah), seperti:
  • Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
  • Ternyata tidak lari ke Yogya.
  • Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
  • Budi menjadi guru atau pelaut.
  • Ternyata ia bukan pelaut.
  • Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).











http://ellopedia.blogspot.com/2011/06/pengertian-paragraf-deduktif-dan.html
http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/01/pengertian-silogisme/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar